
oleh: Nurhayati Anggun P
Pagi hari yang sunyi dengan laptop di depannya, gadis itu tengah melamun memikirkan banyak hal di kepalanya. Ia ingin segera menyelesaikan sekolah online nya dan beristirahat. Pertama kalinya guru di sekolah memberitaukan bahwa sekolah akan libur dalam dua minggu dan semua siswa di kelas nya bersorak riang. Namun yang terjadi saat ini diluar ekspetasi mereka semua, dimana dua tahun telah berlalu dan pandemi ini semakin memburuk.
Kebosanan melanda dirinya, ia tidak bisa bertemu dengan teman-temannya, tidak bisa jalan jalan dan berbelanja ke Mall , tidak bisa berlibur, dan masih banyak lagi hal yang tidak bisa dilakukan. Saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah tetap berdiam diri di rumahnya, belajar melewati ruang digital dan bertukar pesan dengan teman-temannya.
Di tengah kelas nya yang sedang berlangsung, ponsel nya berbunyi menandakan pesan yang masuk.Ia melihat ponselnya, ternyata pesan dari sahabat dekatnya, setelah membaca pesan itu ia yang awalnya bersemangat menerima notifikasi itu berubah menjadi murung. Kabar buruk kembali datang tentang orang yang terpapar virus, Kakaknya sahabatnya tertular virus. Ia hendak menulis balasan kepada sahabatnya itu untuk mengucapkan semangat, tiba-tiba saja gurunya memanggilnya.
“Ananda Kendari!” ucap Gurunya, dengan cepat gadis itu menutup ponselnya dan menyalakan microphone nya.
“ Iya, bu.” ucap nya sambil terkekeh.
“Kamu mendengarkan tidak? Apa yang baru saja saya jelaskan? “ tanya Gurunya.
Mendengar pertanyaan itu Kendari panik, ia melirik ke arah buku catatan nya dan tersenyum ke arah guru nya, “ Anotomi manusia, bu”. Gurunya mengangguk dan kembali melanjutkan penjelasannya setelah mendengar jawaban dari Kendari. Dengan senyum yang masih terukir, gadis itu menghela nafas nya lega. Untung saja ia telah mencatat apa yang sedang di jelaskan, jadi ia tahu apa materi yang tengah gurunya jelaskan. Waktu berjalan dengan sangat lambat baginya, sampai akhirnya pelajaran selesai juga. Kendari menutup laptop didepannya dan merebahkan tubuh nya di kasur empuk kamarnya.
Ia meraih kembali ponsel nya dan mulai berselancar di media sosial. Kabarnya virus Covid-19 ini semakin meningkat, semakin banyak orang yang terpapar dan semakin banyak daerah-daerah yang di tandai menjadi zona merah. Banyak Rumah Sakit yang penuh karena banyak nya pasien, sehingga banyak pasien yang terpaksa merawat dirinya dirumah karena ketidak cukupan tempat di rumah sakit. Walau ia sangat bosan berada di rumah selama kurang lebih dua tahun, namun ia bersyukur di jauhkan dari penyakit Covid 19 yang sedang mewabah ini,Jujur saja, ia tidak tega melihat sahabatnya sangat sedih saat kakak nya di rawat di Rumah Sakit. Sahabatnya sangat sedih sehingga membuat Kendari juga merasakan sedih. Ia sangat ingin menjumpai sahabatnya dan memeluknya, namun sayangnya tidak bisa. Ia hanya bisa menyemangati sahabatnya melalui ponsel. Dan sungguh tak di sangka walau sebatas teks yang ia ketik, sahabatnya merasa sangat terhibur dan sangat berterima kasih kepadanya.
Kendari tersenyum melihat balasan pesan yang dikirimkan oleh sahabat nya itu. Saat ia sibuk bertukar pesan dengan sahabatnya, terdengar pintu kamarnya di ketuk. Kendari menutup ponsel nya, dan membukakan pintu kamarnya.
“Mama, kenapa Ma?” tanya Kendari kepada Ibunya yang ia panggil Mama.
Sosok yang di panggil Mama itu tersenyum “ Sudah selesai belajarnya? Ikut Mama yuk.”
Kendari mengangkat kedua alisnya mendengar ajakan Mama nya itu, ia sangat malas untuk keluar, namun karena ia sudah bosan di dalam rumah, ia memutuskan untuk ikut dengan Mamanya. Ia segera bersiap, mengganti baju nya dan tidak lupa memakai masker. Ia juga memasukan hand sanitizer ke dalam tasnya.
“Mau kemama, Ma?” tanya Kendari sembari melihatpemandangan dari kaca mobil mereka.
Mamanya tersenyum melihat gadis kecilnya yang sudah lama tidak keluar rumah sedang menatap pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. “Kita bantu-bantu sesama, sekalian kamu biar dapet teman baru.” Jawab Mamanya.
Kendari hanya terdiam mendengar jawaban Mamanya, Ia merasa tidak tertarik. Akhirnya mobil mereka berhenti di sebuah rumah, yang di depan rumah itu ada beberapa orang yang sedang mengangkut sejumlah kardus untuk di masukan ke dalam sebuah mobil. Mamanya mengajak masuk ke dalam rumah tersebut, Ketika masuk ke dalam rumah, Kendari sangat kaget melihat kondisi di dalam rumah tersebut. Ada beberapa orang sedang memasukan obat-obatan ke dalam kardus-kardus kecil seperti yang tadi diangkat kedalam mobil.
“Kendari ya? Sini nak!” panggil seorang wanita yang di sebelahnya terdapat anak-anak yang sedang memasukan makanan ke dalam kotak makanan. Kendari melihat dahulu ke arah Mamanya, beliau mengangguk dan mengizinkan putrinya untuk bergabung dengan anak-anak lain. Kendari lalu melangkah mendekat sambil tersenyum kepada wanita yang memanggilnya.
“Jadi ini Kendari, sudah besar ya. Panggil aja saya Tante Inge.” Senyum wanita itu dengan ramah.
Kendari mengangguk dan membalas senyum Tante Inge, Lalu ia bertanya tentang kegiatan yang mereka lakukan di rumah ini, yaitu menyiapkan makanan, membungkus obat, lalu di masukan ke dalam kotak kecil dan dimasukan ke dalam mobil. Akan diantar kemana semua itu? Tante Inge dengan senang hati menjelakan semuanya. Rumah ini adalah Base camp dari divisi kesehatan sebuah organisasi yang dibentuk oleh Mama Kendari dan teman-temannya. Dalam keadaan seperti sekarang, organisasi mereka menjalankan program berbagi makanan dan obat-obat gratis untuk anggota organisasi dan keluarganya yang terpapar Covid 19.
Mendengar penjelasan dari Tante Inge, Kendari tersenyum lebar. Ia merasa senang sekali, kegiatan ini adalah suatu hal yang mulia. Mereka mau menolong sesama dengan melakukan kerja sukarela, Tante Inge juga menerangkan bahwa beberapa anak yang ada disebelahnya beberapa ada yang putus sekolah karena dampak pandemi. Organisasi juga menggalang dana untuk anak-anak ini agar tetap bisa melanjutkan sekolah. Setelah mereka selesai belajar daring, mereka diajak ikut berkegiatan disini. Dan setelah membantu para orang dewasa, mereka akan dihadiahi makanan dan vitamin untuk di bawa pulang.
Lagi-lagi Kendari dibuat terkagum mendengarnya. Anak-anak ini sangat beruntung bisa mendapatkan bantuan dana dan pengalaman mulia ikut serta dalam kegiatan menolong sesama walau hanya sekedar membungkuskan makanan untuk para penderita. Kendari pun jadi merasa beruntung dan bersyukur karena masih bisa tetap sekolah walau online dan masih sehat, serta punya makanan enak dirumahnya, Vitamin dan obat-obatan pun masih bisa dibelikan kedua orang tuanya. Kendari merasa sudah seharusnya ia bersyukur karena masih diberikan semua karunia itu oleh Tuhan. Kini ia menyadari bahwa dirinya tidak boleh bermalas-malasan selama dirumah dan harus memanfaatkan waktunya dengan baik.
Kendari tersenyum melihat salah satu anak perempuan yang tampak seusia dengan nya. Tadi di mobil Mamanya berkata ia bisa mendapatkan teman baru di sini, dan itulah yang akan ia lakukan. Kendari berkata kepada Tante Inge bahwa ia ingin berkenalan dan menghampiri gadis itu, Tante inge tersenyum dan menyetujuinya. Kendari lalu berjalan mendekati gadis itu dan duduk di sebalahnya, Dengan senyum yang sedikit canggung ia menyapa nya.
“Halo! Boleh duduk disini?” tanya Kendari kepada gadis itu.
Gadis itu tertawa dan mengangguk membuat Kendari bertambah canggung.
“Boleh kok, lagipula kamu sudah duduk,” kata gadis itu dengan ramah sehingga membuat rasa canggung Kendari hilang. Lalu ia ikut tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar juga dirinya sudah duduk di sebelah gadis itu sedari tadi, ujarnya geli didalam hati. Sebenarnya Kendari bukan lah tipe anak yang mudah bergaul, namun kali ini ia merasa sangat bersemangat dan ingin mendapat teman disini. Kendari melihat ke arah tangan gadis itu yang tengah memasukkan makanan dari baskom ke dalam tempat makan yang sudah di sediakan.
“Aku.., boleh bantu?” tanya Kendari. Gadis itu mengangguk dan memberikan sarung tangan plastik kepada Kendari. Kendari mengucapkan terimakasih dan mulai membantu membungkus makanan ke dalam kotak makanan. Gadis di sebelahnya sesekali melirik dirinya sehingga membuat dirinya tersenyum sambil mengangkat alisnya.
“Oiya, tadi kita belum kenalan loh.” Ucap gadis itu sambil meneruskan perkerjaan nya.
“Hahah iya juga, aku Kendari! Nama kamu siapa?” tanyanya kepada gadis itu.
“Salam ya Kendari, aku Binar!” balas gadis itu sambil mengulurkan tangan.
Kendari yang melihat itu hanya diam tertegun, Binar menurunkan tangannya sambil bertanya ada apa? Apakah ada yang salah dari cara nya berkenalan? Namun Kendari hanya tertawa, ia mengingatkan bahwa mereka berdua sedang memakai sarung tangan dan tidak bisa saling menjabat tangan. Menyadari hal itu Binar iku tertawa, mereka kembali melanjutkan pekerjaan sambil berbincang-bincang. Dari sudut ruangan Mama Kendari melihat kedua gadis remaja itu yang mulai akrab, Mama kendari tersenyum dan merasa bersyukur anaknya mendapatkan teman baru.
Kendari mendapatkan banyak pengalaman baru yang sangat berarti, terutama saat ia bertemu dengan Binar. Tak di sangka gadis seusianya itu sudah memikirkan banyak hal di tengah pandemi ini, Binar bercerita tentang dirinya yang setiap hari bertemu teman baru di sini, bercerita tentang pasien Covid yang dia dengar dari Tante Inge, dan macam-macam obat yang ia ketahui saat membantu membungkus obat. Bercerita tentang pasien covid, Binar berkata banyak pasien Covid yang sangat ingin sembuh dari penyakit yang di derita mereka.
Salah satunya ada seorang Ayah yang ingin memeluk putri kecilnya, namun sayangnya tidak bisa dan hanya bisa bertatap muka lewat video call walau satu rumah. Sang Ayah tidak di perbolehkan menemui secara langsung keluarganya, dan putri kecilnya hanya bisa bercakap cakap di depan pintu kamar Ayahnya, dan jika ingin melihat sang Ayah hanya bisa melalui ponsel. Namun kisah yang lain yang menarik perhatian Kendari adalah cerita bagaimana Binar dan teman-teman nya berbagi buku bersama para anggota organisasi lain.
“Waktu itu Tante Inge bilang kalau organisasi ini mau buat perputakaan kecil buat panti yatim. Orang dewasa dan anak-anak boleh menyubangkan buku apapun untuk perpustakaan nya. Aku ajak temen-temenku ngumpulin buku. Kebanyakan teman ngasih buku cerita anak sama seperti aku. Kita semua nyumbang lumayan banyak. Buku yang di kasih juga buku cerita yang bagus-bagus. Organisasi juga ngasih beberapa makanan, vitamin dan obat-obatan untuk anak anak yatim di panti.” Cerita Binar dengan semangat.
Kendari sangat terkesan mendengar cerita itu, Binar tidak hanya memberi buku nya, tapi juga mengajak teman-temannya untuk ikut serta menyumbang buku. Di usianya yang masih muda Binar sudah banyak melakukan kegiatan sosial yang sangat baik. Cerita itu membuat Kendari makin bersemangat untuk sering datang kesini. Dirinya juga ingin ikut membantu Binar dan yang lainnya untuk berbagi kepada sesama.Sambil bercerita tak terasamereka sudah menyelesaikan banyak kotak makan yang sudah berisi penuh dengan makanan.
Mama Kendari mendekati mereka dan memuji kerja keras mereka. “Wah.., sudah banyak ya. Hebat kalian. “Ia mengusap pelan puncuk kepala kedua gadis itu.
Kendari dan Binar tersenyum, mereka mengucapkan terimakasih kepada Mama Kendari. Mama Kendari mengangguk dan tersenyum, Sudah cukup lama mereka berada disini, Mama kendari ingin mereka ikut mengantarkan makanan kepada para pasien Covid. Tentu saja dengan cara yang aman. Kedua gadis itu bersorak semangat dan bersegera ikut Mama Kendari masuk ke dalam mobil. Binar adalah anak dari teman dekatnya Mama Kendari, oleh karena itu Binar dibolehkan ikut dengan Mama Kendari.
Mama Kendari memberikan ponsel nya kepada kedua gadis itu, di layar ponsel nya terdapat petunjuk arah jalan dan alamat siapa saja yang akan mereka antarkan makanan dan obat. Binar melihat bahwa dalam beberapa kilometer lagi mereka akan sampai pada suatu tempat yang mereka tuju. Binar dan Kendari menunjuk sebuah rumah dan bersorak.
“Di sini Tante!” , “di sini Ma!” ucap mereka serentak yang membuat Mama Kendari tertawa melihatnya. Kedua gadis itu sangat kompak dan semakin akrab.
Mama Kendari meminta kepada dua gadis itu untuk tetap di mobil dan menelpon orang yang akan menerima paket dari mereka, dan Mama Kendari yang akan menaruh paket tersebut di gagang pintu rumah supaya tidak kontak fisik langsung. Kendari menelfon orang yang akan menerima paket itu dan telfo nya sudah di angkat.
“Halo! Dengan Tante Tesa ya?” tanya Kendari.
“Iya benar dek.” jawab orang yang ditelpon.
“Eum.., paket makanan dan obat nya udah di taruh di gagang pintu Tante.” Ucap Binar sambil menengok ke arah Mama nya yang sudah kembali dari menaruh paket nya.
“Iya Tante paket nya udah di antar, tolong segera di ambil ya!” timpal Kendari dengan suara tawa nya.
Mendengar itu Tante Tesa berterimakasih kepada dua gadis lucu itu dan mendoakan supaya kedua gadis itu senantiasa sehat. Saat Mama kendari kembali ke dalam mobil, ia melihat Kendari dan Binar sedang tertawa bersama. Mereka tampak senang dengan tugas ini, ia bersyukur bisa melihat kedua remaja itu menikmati kegiatan menolong sesama ini. Selanjutnya mereka bertiga singgah ke beberapa tempat dan memperoleh respon positif dari para penerima paket. Semua berterimakasih dan menunjukan betapa mereka ingin segera sembuh. Senang sekali bisa membantu para pasien Covid dan saling menyemangati satu sama lain. Para penerima paket dari Kendari dan Binar menyemangati kedua gadis itu supaya terus semangat berbuat kebaikan dan, sebaliknya kedua gadis itu menyemangati supaya para pasien Covid agar segera sembuh.
Kedua gadis itu sudah tampak lelah setelah seharian membantu membungkus makanan dan mengantar makanan. Dalam perjalanan pulang di lampu merah Kendari melihat ada banyak pengendara motor yang tidak menggunakan masker, lalu bertanya kepada Mama nya.
“Ma, itu ada yang engga pakai masker!” ucap Kendari sambil menunjuk salah satu pengendara motor. Mendengar itu Binar melihat ke arah pengendara motor yang tidak memakai masker dan menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu coba Kendari dan Binar kasih masker dari kotak ini.” Mama Kendari menyerahkan kotak masker yang masih terisi penuh.
Mereka menerima kotak itu dan mengambil dua masker dari dalam kotak. Kendari membuka jendela mobil nya dan dengan hati-hati ia menyerahkan masker kepada pengendara motor itu. Gadis itu sedikit takut karena takut di marahi atau ditolak. Namun ternyata yang terjadi malah sebaliknya, pengendara motor itu etrsenyum dan berterimakasih.
“Makasih ya, dek.” ucap pengendara motor itu. Mendengar itu Kendari dan Binar mengangguk sambil tersenyum “Sama-sama pak.”
“Jangan lupa pakai masker kalau keluar ya pak!” tambah Binar.
Kendari dan Binar tersenyum melihat sambutan yang ramah dari para pengendara motor, namun masih ada beberapa pengendara motor yang tidak bisa mereka beri masker karena posisi nya yang jauh. Mama Kendari menunjuk kearah beberapa remaja di depan lampu merah. Mereka sedang membagikan masker juga kepada para pengendara dan orang-orang yang lewat, yang tidak memakai masker. Saat mobil Mama Kendari melewati para remaja itu, mereka tersenyum kepada Kendari dan Binar. Sepertinya mereka melihat kedua gadis itu membagikan masker juga. Bintang dan langit malam sudah mulai menghampiri Kendari, ia dan mamanya sudah mau pulang ke rumah mereka. Sebelum berpisah dengan Binar, ia bertukar nomor telpon agar tetap bisa berkomunikasi. Binar adalah gadis yang sangat baik dan Kendari ingin terus berteman dengannya. Kendari melambaikan tangannya dan tersenyum kepada binar seperti saat pertama mereka berkenalan tadi pagi, namun kali ini senyum nya lebih mengembang dan tulus. Perlahan mobil mulai berjalan menjauh dari Base Camp, Kendari berharap ia dan Binar tetap sehat supaya bisa terus membantu banyak orang. Ia banyak belajar hari ini, bahwa di balik gentingnya pandemi masih banyak orang yang saling membantu dengan mengirimkan makanan, vitamin, obat-obatan, dan masker secara gratis. Para penyintas Covid juga sangat berterimakasih dan bersemangat untuk sembuh. Mulai sekarang Kendari akan mengisi waktunya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat untuk sesama. Ia ingin semuanya bisa kembali sehat dan berbahagia bersama. Berawal dari berbagi, bahagiakan dunia bersama.